Cerita 6 juli (subhanallah)

Tadi sore(6 juli 2011) jam 15.00 an aku niatnya pengen bimbingan sama dosen pembimbingku. Janjian ketemunya di gedung B. Ya sudah, karena gak pengen dateng telat, aku datengnya jam 3 lewat, dan aku belum shalat ashar itu. Lalu jalanlah aku ke gedung B. Datengin tempat janjian ketemuan, tapi ibunya belum ada, ya udah deh sambil nunggu aku benerin powerpointku, dan aku duduk di loronggedung itu. Pas lagi duduk dan benerin powerpointku, dateng bapak2 tua renta. Mungkin umurnya udah lebih dari 60 tahunan. Bapak tersebut, dateng sambil memikul karung yang isinya banyak dan gede banget. Wajah bapak itu terlihat sangat lelah, banyak garis lelah yang terlihat di wajahnya. Bapak tersebut kemudian langsung menghampiri bak sampah, sambil melihat2 apakah ada barang yang masih bisa dipake atau dijual kelak. Aku yang duduk tidak jauh dari si bapak itu, langsung terdiam. Sekali dua kali ku lirik beliau, ku lihat. Lalu aku tiba-tiba langsung ingat orangtuaku. Ingat kalau orangtuaku pasti juga capek2 banting tulang menyekolahkanku. Jujur, aku sedih bercampur haru melihat bapak itu, Beliau sudah tua renta tapi masih bekerja mencari uang demi sesuap nasi. sedangkan aku? kalau mau makan, tinggal minta duit ke orangtuaku. Membelanjakan segalanya dengan seenak jidat. Astagfirullah, harusny lebih bersyukur atas keadaanku saat ini. Masih bisa makan enak, masih bisa tidur ditempat yang enak. Jadi sedih. Ya Allah, Terimakasih atas semua karunia dan nikmat yang telah kau berikan kepadaku, sejak aku lahir, sampai sekarang. Nikmat yang tiada duanya, Nikmat yang terkadang aku masih belum bisa bersyukur dan mengucap alhamdulillah. Ya Allah, teguranMu hari ini sungguh luar biasa, Aku masih jauh, sangat jauh. Semangatku dalam hidup seringkali turun naik dan bila dibandingkan dengan si bapak tadi, aku sungguh tidak ada apa2nya. beliau bekerja mencari sesuap nasi untuk diri dan keluarganya, Apakah pernah terlintas di benaknya untuk mengeluh akan hidup yang dijalaninya skrg?apakah sempat ia mengeluh? tentu tidak. Beliau memiliki semangat yang patut di contoh. Beliau saja yang sudah tua, masih semangat. Kenapa kita yang masih muda eh malah tidak semangat? (inhale exhale) *sigh

Ya Allah, dulu aku pernah memohon padamu, tlg berikan aku hidup agar aku bisa membahagiakan kedua orangtuaku. Sampai saat ini aku belum bisa mewujudkannya. Ya Allah, ingin rasanya membuat mereka bangga akan diriku, tapi dengan apa?bagaimana caranya? Kalau melihat dari sisi nilai akademik, nilai2 ku 3tahun terakhir selam kuliah bisa dibilang biasa saja, tidak memuaskan bahkan. terkadang orangtuakku malah memarahiku, kenapa ipk semester ini turun?kenapa ipnya ga bisa jadi kayak temen2 kamu yg pintar2, diatas 3 bahkan 3,5. Dan kalau ditanya begitu aku pasti bilang, mah, pak, ratih itu ikut kepanitian jadiny kurang bisa membagi waktu untuk kuliah. padahal byk kk angkatanku yang aktif di organisasi dan kepanitian, tapi pintar dari segi nilai akademik. kenapa?apa yang membedakan aku dengan kk tingkatku itu?Rumput di halaman rumah tetangga memang jauh lebih hijau daripada rumput di halaman sendiri. manusia tidak pernah puas atas apa yang dimilikinya.

Kalau di korelasikan dengan cerita bapak2 tua diatas dengan diriku, harusnya aku bisa belajar lebih banyak, belajar lebih tekun dan semangat. harus lebih giat lagi, ndak boleh males, ya ALlah, pengen banget bisa, bisa banggain orangtua, harus bisa..hehhe, Amiiinn...

*When there's a will, there's a way (^_^)*

Komentar

Posting Komentar

Postingan Populer